Monday, October 23, 2017

5 Fungsi Hutan Mangrove Bagi Kehidupan Manusia | Pengertian dan Fungsi

Fungsi Hutan Mangrove Bagi Kehidupan -
Pengertian Hutan magrove
Mangrove adalah pohon yang sudah beradaptasi sedemikian rupa sehingga akan mampu untuk hidup di lingkungan berkadar garam tinggi seperti lingkungan laut. Sedangkan hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tunbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Nontji, 1993).

Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pada pantai yang datar, biasanya di tempat yang tidak ada muara sungainya, biasanya tumbuh meluas. Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut ayng kuat, karena hal ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dari pasir, sebagai substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya (Nontji, 1993).

Hutan magrove atau sering juga di kenal sebagai hutan bakau Merupakan hutan yang tumbuh tampat di permukaan air payau,dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan magrove biasa tumbuh khususnya di daerah di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik pada tanahnya. hutan bakau ini merupakan sebuah ekosistem yang bersifat khas karena adanya aktivitas daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Pada habitat ini hanya pohon mangrove / bakau yang mampu bertahan hidup dikarenakan proses ev
olusi serta adaptasi yang telah dilewati oleh tumbuhan mangrove.

Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau tanaman dikotil ada;lah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis hutan mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur.

Hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan satu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. (Nybakken, 1993)

Hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.
Luas hutan bakau di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Luas bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas mangrove di dunia. Namun sebagian kondisinya saat ini kritis karena banyaknya pencemaran lingkungan hidup.
Di Indonesia sendiri, hutan mangrove yang areanya paling luas dari daerah lainnya terdapat di sekitar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan di sana merupakan tempat bermuaranya sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, Namun sangat di sayangkan hutan-hutan ini telah lama terkikis karena kebutuhan penduduknya terhadap lahan.

Hutan mangrove memiliki fungsi yang terbagi menjadi 5 ( lima )dan berikut ini adalah penjelasannya :

Fungsi Fisik

Fungsi fisik hutan mangrove menegaskan bahwasannya secara fisik, hutan mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya:
1. Menjaga kestabilan garis pantai.
Hal ini tentu saja sangat penting karena apabila garis pantai tidak terjaga dengan baik, maka garis pantai akan terkikis oleh gelombang air laut secara terus menerus di karenakan di tepian pantai tidak ada yang menahan air laut sehingga air laut langsung menuju ke daratan. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan rusaknya lokasi pantai karena abrasi pantai sehingga daratan akan menyempit karena terkikis bukan hanya itu saja pasir yang terdapat di tepi pantai pun akan juga ikut terkikis oleh gelombang psang surutnya air laut.
2. Melindungi pantai dari erosi dan abrasi
Erosi adalah proses pengikisan lapisan tanah oleh tenaga air. Erosi dapat terjadi di mana saja, terutama di daerah yang tidak memiliki vegetasi sebagai penutup lahan. Terjadinya erosi mengakibatkan hilangnya lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur hara organik dan mineral, tetapi sangat tipis.
Abrasi merupakan proses pengikisan tanah atau daratan oleh gelombang air laut. Proses ini terjadi ketika air laut terbawa angin ke daratan dan kembali lagi ke laut dengan membawa material-material daratan seperti tanah atau pasir. Jika terus-terusan dibiarkan, maka dataran akan semakin terkisis dan menyempit, maka dari itu dibutuhkan hutan mangrove yang juga menjadi benteng untuk mencegah abrasi pantai secara berkelanjutan.
3. Menahan sedimen
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air, angin, maupun gletser. Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun sungai. Material yang terbawa merupakan material yang berasal dari pengikisan atau pelapukan. Pelapukan ini bisa berasal dari pelapukan kimia, fisika, dan mekanik.
Selain difungsikan untuk menjaga kestabilan garis pantai dan mencegah terjadinya erosi tanah maupun abrasi, hutan mangrove juga mempunyai peran sebagai penahan sedimen sehingga jika terjadi secara terus-menerus, maka akan menumbuhkan lahan baru atau memperluas daratan. Hal ini dapat terjadi karena sistem perakaran mangrove yang sangat rapat dan lebat dapat menahan atau memerangkap sedimen yang terbawa oleh air laut.
4. Kawasan penyangga proses intrusi Intrusi air laut merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang banyak dihadapi oleh masyarakat kawasan ekosistem yang bermukim di area pantai Indonesia. Intrusi air laut adalah naiknya batas antara permukaan air tanah dengan permukaan air laut ke arah daratan. Perbedaan tenakan antara air tanah lebih kecil dibandingkan air laut sehingga menyebabkan batas antara air tawar dan asin menjadi kabur sehingga air tanah di wilayah pesisir pantai menjadi berasa  asin. 
5. Mencegah Intrusi Air Laut Intrusi laut merupakan peristiwa perembesan air laut ke tanah daratan. Intrusi laut dapat menyebabkan air tanah menjadi payau sehingga tidak baik untuk dikonsumsi. Hutan Mangrove memiliki fungsi mengendapkan lumpur di akar-akar pohon bakau sehingga dapat mencegah terjadinya Intrusi Air laut ke daratan. 
6. Mencegah Erosi dan Abrasi Pantai Erosi merupakan pengikisan permukaan tanah oleh aliran air sedangkan abrasi merupakan pengikisan permukaan tanah akibat hempasan ombak laut. Hutan Mangrove memiliki akar yang efisien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir, sehingga dapat menjadi pelindung pengikisan tanah akibat air. 
7. Sebagai pencegah dan penyaring alami Hutan mangrove biasanya yang dipenuhi akar pohon bakau dan berlumpur. Akar tersebut dapat mempercepat penguraian limbah organik yang terbawa ke wilayah pantai.Selain pengurai limbah organik, hutan mangrove juga dapat membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut seperti minyak dan diterjen, dan merupakan enghalang alami terhadap angin laut yang kencang pada musim tertentu. 
8. Sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa Hutan Mangrove juga merupakan tempat tinggal yang cocok bagi banyak hewan seperti biawak, kura-kura, monyet, burung, ular, dan lain sebagainya. Beberapa jenis hewan laut seperti ikan, udang, kepiting dan siput juga banyak tinggal didaerah ini. Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove. 
9. Berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir Hutan mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Sebagai contoh, Buah vivipar yang terbawa air akan menetap di dasar yang dangkal, dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.

Fungsi Kimia 

Selain fungsi fisik, hutan mangrove memiliki fungsi secara kimia dimana hal ini berhubungan dengan bagaimana hutan mangrove berperan dalam kegiatan yang bersifat kimiawi, diantaranya:
1. Penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida
Hutan mangrove mengandung bahan organik yang tidak membusuk seperti yang terjadi pada kebanyakan ekosistem hutan lain. Selain dapat menghasilkan oksigen dari proses fotosintesis, hutan mangrove juga dapat menyerap lebih banyak zat karbon dibanding ekosistem hutan lainnya karena tumbuhan pada hutan mangrove memiliki lebih banyak daun sehingga lebih banyak menyerap karbon dalam jumlah yang lebih banyak pada saat melakukan fotosintesis, dan melepaskan karbon lebih sedikit ke atmosfer .
2. Pengolah limbah
Tumbuhan bakau memiliki siestem perakaran yang sangat rapat dan juga kokoh membuat hutan mangrove berfungsi untuk menyerap dan mengolah limbah hasil pencemaran industri sehinggal limbah tersebut tidak mencemari air laut

Fungsi Biologi 

Fungsi biologi berkaitan erat dengan bagaiman hutan mangrove berperan dalam hal yang berkaitan dengan lingkungan biologinya, diantaranya:
1. Sebagai sumber makanan
Fungsi biologi hutan mangrove yang pertama adalah sebagai salah satu bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi hewan invertebrata, yang juga berfungsi sebagai makanan bagi hewan-hewan yang lebih besar seperti ikan laut, udang, juga binatang laut lainnya.
2. Nursery ground
Hutan mangrove berfungsi juga sebagai kawasan asuhan atau pemijahan bagi hewan-hewan yang biasa berkembang biak dan tumbuh di area hutan mangrove seperti udang, ikan, kepiting, kerang, dan sebagainya sebelum akhirnya dilepas kemabli ke hutan setelah dewasa.
3. Kawasan persinggahan dan habitat satwa langka
Terdapat Banyak sekali hewan-hewan yang menjadikan hutan mangrove sebagai tempat persinggahan hingga menjadikannya untuk tempat berkembang biak. Selain itu hutan mangrove menjadi habitat dari sebagian burung-burung langka dan hewan lainnya seperti kera ekor panjang, dan juga buaya rawa. Selain itu ada juga harimau bengal, kijing bintik, kancil, dan satwa-satwa liar lain yang pertumbuhannya jarang dan terancam mengalami kepunahan.
4. Plasma Nutfah
Plasma nutfah merupakan pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme, sehingga plasma nutfah dianggap sebagai salah satu kekayaan alam berharga. Keberadaan plasma nutfah sangat bermanfaat baik bagi perbaikan jenis-jenis flora dan fauna juga keberlangsungan kehidupan liar itu sendiri di masa depan.

Fungsi Ekonomi

Hutan mangrove juga mempunyai sisi ekonomis yang mana hal ini sangat baik untuk menunjang perekonomian masyarakat sekitar hutan. Fungsi ekonomi dari hutan mangrove diantaranya:
1. Penghasil kayu
Salah satu fungsi ekonomi utama dari hutan mangrove adalah pohon-pohon yang ada di dalam hutan mangrove bisa dimanfaatkan sebagaimana pohon-pohon pada ekosistem umumnya. Kayu dari pohon-pohon di hutan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan sebagai bahan pembuatan furniture juga bahan bangunan. Selain itu, kayu dari tanaman di hutan mangrove dapat digunakan sebagai kayu bakar sehingga dapat menjadi alternatif bahan bakar fosil namun saat pengambilannya harus di sertai penanaman bibit baru agar ekosistem hutan terus berlangsung.
2. Bahan baku industri kertas
Selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan dan bahan bakar, kayu dari tanaman di hutan mangrove juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena kayu tanaman hutan mangrove memiliki kualitas yang tidak kalah bagus dari kayu lainnya sebagai bahan baku kertas.
3. Penghasil bibit hewan
Karena menjadi salah satu tempat untuk berkembangbiak banyak hewan, hutan mangrove pun berfungsi menjadi tempat pembibitan hewan, terutama ikan. Kondisi air yang baik merupakan salah satu alasan mengapa kawasan hutan mangrove sangat baik untuk dijadikan penghasil bibit hewan yang baik

Fungsi Lain Hutan Mangrove

Selain fungsi fisik, biologi, kimia, dan ekonomi, ada pula fungsi lain dari hutan mangrove, diantaranya:

1. Kawasan Wisata
Banyak yang menganggap bahwa ekosistem hutan mangrove merupakan kawasan yang mempunyai nilai estetika, baik dari faktor alamnya juga kehidupan yang ada di dalamnya. Sehingga dengan keunggulan hutan mangrove tersebut dapat memberikan objek wisata yang berbeda salah satunya karena karakteristik hutan yang berada di di dua alam yaitu darat dan air (laut).
2. Kawasan pendidikan                                                                                        Indonesia merupakan negara dengan area hutan mangrove terbesar di dunia, sehingga hal ini cukup menguntungkan bagi para pelajar dan para peneliti yang akan meneliti lingkungan hutan mangrove. Keunikan dan keberagaman yang ada di hutan mangrove dapat dijadikan sarana untuk edukasi maupun rekreasi bagi masyarakat.

Ciri Ciri Hutan Mangrove atau Bakau

- Tumbuhannya hanya terdiri dari satu jenis yaitu bakau jika ada tumbuhan lain itupun sangat jarang
- Berada di pesisir atau tepi pantai
- Berfungsi sebagai pencegah abrasi
- Tanahnya berlumpur atas pasir maupun pecahan karang
- Terendam air laut
- Memiliki akar tumbuhan yang tak beraturan  (pneumatofora)
- Lahan hutan ini selalu digenangi oleh air
- Mempunyai banyak persediaan air tawar dari daratan
- Memiliki air payau yang mempunyai salinitas antara 2 – 22 ppm (1 ppm sama seperti 0,05%)
- Tanahnya berlumpur atau berlempung

Jenis Jenis Pohon Mangrove

1. Acanthus ebracteatus.
Hampir sama dengan A. ilicifolius, tetapi seluruh bagiannya lebih kecil.
- Daun : Pinggiran daun umumya rata kadang bergerigi seperti A. ilicifolius.
- Unit & Letak: Sederhana, berlawanan.
- Bentuk: lanset. Ujung: meruncing.
- Ukuran: 7-20 x 4-10 cm.
- Bunga : Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung cerah, kadang agak putih di bagian ujungnya.
- Buah : Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: Buah panjang 2,5- 3 cm, biji 5-7 mm.

2. Acanthus ilicifolius.
- Daun : Dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi: zigzag/bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal.
- Unit & letak: sederhana, berlawanan. Bentuk: lanset lebar. Ujung: meruncing dan berduri tajam.
- Ukuran: 9-30 x 4-12 cm.
- Bunga : Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih. Panjang tandan bunga 10-20 cm, sedangkan bunganya sendiri 5-4 cm. Bunga memiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder.
- Buah : Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: buah panjang 2,5- 3 cm, biji 10 mm.

3. Acrostichum aureum,  
- Daun : Panjang 1-3 m, memiliki tidak lebih dari 30 pinak daun.
- Pinak daun letaknya berjauhan dan tidak teratur. Pinak daun terbawah selalu terletak jauh dari yang lain dan memiliki gagang yang panjangnya 3 cm.
- Ujung daun fertil berwarna coklat seperti karat. Bagian bawah dari pinak daun tertutup secara seragam oleh sporangia yang besar. Ujung pinak daun yang steril dan lebih panjang membulat atau tumpul dengan ujung yang pendek. Duri banyak, berwarna hitam.
- Peruratan daun menyerupai jaring. Sisik yang luas, panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal dari gagang, menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral.
- Ekologi : Ferna tahunan yang tumbuh di mangrove dan pematang tambak, sepanjang kali dan sungai payau serta saluran. Tingkat toleransi terhadap genangan air laut tidak setinggi A.speciosum.

4. Bruguiera cylindrica, 
- Deskripsi : Pohon selalu hijau, berakar lutut dan akar papan yang melebar ke samping di bagian pangkal pohon, ketinggian pohon kadang-kadang mencapai 23 meter. Kulit kayu abu-abu, relatif halus dan memiliki sejumlah lentisel kecil.
- Daun: Permukaan atas daun hijau cerah bagian bawahnya hijau agak kekuningan.
- Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: agak meruncing.
- Ukuran: 7-17 x 2-8 cm.
- Bunga: Bunga mengelompok, muncul di ujung tandan (panjang tandan: 1-2 cm). Sisi luar bunga bagian bawah biasanya memiliki rambut putih. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga.
- Buah: Hipokotil (seringkali disalah artikan sebagai “buah”) berbentuk silindris memanjang, sering juga berbentuk kurva. Warna hijau didekat pangkal buah dan hijau keunguan di bagian ujung. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga. Ukuran: Hipokotil: panjang 8-15 cm dan diameter 5-10 mm.
- Ekologi: Tumbuh mengelompok dalam jumlah besar, biasanya pada tanah liat di belakang zona Avicennia, atau di bagian tengah vegetasi mangrove kearah laut. Jenis ini juga memiliki kemampuan untuk tumbuh pada tanah/substrat yang baru terbentuk dan tidak cocok untuk jenis lainnya. Kemampuan tumbuhnya pada tanah liat membuat pohon jenis ini sangat bergantung kepada akar nafas untuk memperoleh pasokan oksigen yang cukup, dan oleh karena itu sangat responsif terhadap penggenangan yang berkepanjangan. Memiliki buah yang ringan dan mengapung sehinggga penyebarannya dapat dibantu oleh arus air, tapi pertumbuhannya lambat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.

5. Rhizophora mucronata 
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
- Daun: Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.
- Bunga: Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.
- Buah: Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.

6. Rhizophora stylosa 
Pohon dengan satu atau banyak batang, tinggi hingga 10 m. Kulit kayu halus, bercelah, berwarna abu-abu hingga hitam. Memiliki akar tunjang dengan panjang hingga 3 m, dan akar udara yang tumbuh dari cabang bawah.
- Daun: Daun berkulit, berbintik teratur di lapisan bawah. Gagang daun berwarna hijau, panjang gagang 1-3,5 cm, dengan pinak daun panjang 4-6 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar. Ujung: meruncing. Ukuran: meruncing.
- Bunga :Gagang kepala bunga seperti cagak, biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (8-16 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; putih, ada rambut. 8 mm. Kelopak bunga: 4; kuning hijau, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; dan sebuah tangkai putik, panjang 4-6 mm.
- Buah: Panjangnya 2,5-4 cm, berbentuk buah pir, berwarna coklat, berisi 1 biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil agak halus. Leher kotilodon kuning kehijauan ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 20-35 cm (kadang sampai 50 cm) dan diameter 1,5-2,0 cm.
- Ekologi :Tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang surut: lumpur, pasir dan batu. Menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari mangrove. Satu jenis relung khas yang bisa ditempatinya adalah tepian mangrove pada pulau/substrat karang. Menghasilkan bunga dan buah sepanjang tahun. Kemungkinan diserbuki oleh angin.

7. Terminalia catappa 
Pohon meluruh dengan ketinggian 10-35 m. Cabang muda tebal dan ditutupi dengan rapat oleh rambut yang kemudian akan rontok. Mahkota pohon berlapis secara horizontal, suatu kondisi yang terutama terlihat jelas pada pohon yang masih muda.
- Daun : Sangat lebar, umumnya memiliki 6-9 pasang urat yang jaraknya berjauhan, dengan sebuah kelenjar terletak pada salah satu bagian dasar dari urat tengah. Daun berubah menjadi merah muda atau merah beberapa saat sebelum rontok, sehingga kanopi pohon tampak berwarna merah. Unit & Letak: s e d e r h a n a dan bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 8- 25 x 5-14 cm (kadang panjangnya sampai 30 cm).
- Bunga : Tandan bunga (panjangnya 8-16 cm) ditutupi oleh rambut yang halus. Bunga berwarna putih atau hijau pucat dan tidak bergagang. Sebagian besar dari bunga merupakan bunga jantan, dengan atau tanpa tangkai putik yang pendek. Letak: di ketiak daun. Formasi: bulir. Kelopak bunga: halus di bagian dalam.
- Buah : Penampilan seperti buah almond. Bersabut dan cangkangnya sangat keras. Ukuran 5-7 cm x 4x5,5 cm. Kulit buah berwarna hijau hingga hijau kekuningan (mengkilat) di bagian tengahnya, kemudian berubah menjadi merah tua.
- Ekologi : Sebarannya sangat luas. Tumbuh di pantai berpasir atau berkarang dan bagian tepi daratan dari mangrove hingga jauh ke darat. Penyebaran buah dilakukan melalui air atau oleh kelelawar pemakan buah. Pohon menggugurkan daunnya (ketika warnanya berubah merah) sekali waktu, biasanya dua kali setahun (di Jawa pada bulan Januari atau Februari dan Juli atau Agustus).

Bayangkan saja jika hutan magrove mengalami kerusakan, tidak adalagi sesuatu yang dapat menyerap gas (CO2) yang merupakan gas racun dan berbahaya bagi tubuh manusia, serta tak ada lagi suatu pertahanan kokoh yang mampu menahan laju abrasi.
Saat ini keadaan hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai Indonesia begitu memperihatinkan. Sebagian besar rusak dan diantaranya habis akibat aktivitas penebangan dan lain-lain. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan hidup kita.

Mengingat begitu pentingnya hutan mangrove bagi kelangsungan lingkungan hidup kita, perlu adanya solusi untuk penanggulangan masalah yang selama ini terjadi pada hutan mangrove. Solusi yang dapat kita lakukan diantaranya yakni ;
perlu adanya lahan konservasi terhadap hutan mangrove dalam rangka penjagaan dan pelestarian hutan agar fungsi-fungsi mangrove dapat dioptimalkan sebaik mungkin.
melakukan reboisasi atau penanaman kembali terhadap hutan mangrove yang telah rusak. Dalam hal ini perlu adanya keterlibatan antara pemerintah dan warga secara teknis dalam pelaksanaan reboisasi.
Perlu adanya manajemen tata ruang yang baik terhadap wilayah pesisir pantai berhutan mangrove, sehingga dapat berpotensi ekonomis dalam hal pariwisata. Provit yang diperoleh dari wisata alam ini dapat digunakan untuk keterbutuhan pelestarian mangrove.
perlu adanya penyuluhan dalam rangka memahamkan masyarakat terhadap pentingnya kelestarian hutan mangrove bagi lingkungan hidup.
Sanksi hukum yang tegas terhadap siapapun yang merusak kelestarian hutan mangrove.

Kelestarian lingkungan hidup amatlah penting bagi kita. Menjaga hutan mangrove merupakan bagian dari tindakan nyata atas kepedulian kita terhadap lestarinya alam dan kehidupan. Mulai dari diri sendiri, marilah jaga lingkungan demi hidup dan kehidupan.
jangan lagi merusak alam sebelum alam memperlihatkan kekejamannya kepada kita, Kita sebagai makhluk yang mempunyai tingkat sosial yang tinggi hendaklah kita membantu alam untuk mempermudakan bumi :)

jika artikel ini bermanfaat klik tombol Share :)

2 komentar

bermanfaat dan bisa Bikin Menambah ilmu pengetahuan nih tentang manfaat hutan mangrove

terimakasih telah berkunjung gan :)

1. Berkomentarlah yang relavan sesuai topik artikel,
2. Komentar di larang mengandung spam.
3. Jika komentar mengandung link aktif tidak akan di tampilkan.
EmoticonEmoticon