Wednesday, November 29, 2017

Sejarah Terhadap Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia Secara Singkat

Sejarah Terhadap Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia Secara Singkat - Selamat datang di Loker ilmu, Waktu itu kita telah membahas tentang latar belakang kedatangan bangsa eropa dan jepang ke indonesia.


Perkembangan kekuasaan bangsa eropa di Indonesia terbagi menjadi beberapa macam, yaitu :


- Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia
- Kekuasaan VOC di Indonesia
- Kekuasaan Daendels di Indonesia
- Kekuasaan Bangsa Inggris di Indonesia
- Pemerintahan Kolonial Belanda

Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa. Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga ingin menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil, yaitu Indonesia.

Kekuasaan bangsa Portugis di Indonesia
Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung Harapan Baik. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar.

Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah). Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.

Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku. Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan Alfanso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate.

Bangsa Portugis berhasil merebut beberapa pelabuhan penting di pantai India dan menjadikan kota Goa yang teeletak di pantai India sebagai pusat kekuasaanya. Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh Portugis dibawah Pimpinan Alphonso d’Albuquerque. Sejak itu, kerajaan Malaka jatuh ketangan bangsa Portugis. Pengaruh lainnya seperti bangsa Portugis yang turut memperkaya jumlah kata-kata dalam bangsa Indonesia, seperti kata San Domingo (Tuhan yang keramat), gereja, mentega, mona (dari kata madona), sinyo (dari kata signor) dan sebagainya. Adapun seni musik yang ada di Indonesia adalah seni musik keroncong yang beasal dari seni musik Portugis. Keroncong berbahasa Portugis yang pernah terkenal di Indonesia adalah keroncong Morisco.

Pada tahun 1511 Portugis berhasil menguasai Malaka. Selanjutnya, Portugis mengadakan hubungan dagang dengan Maluku yang merupakan daerah sumber utama rempah-rempah di Indonesia.Pada tahun 1512 Alfonso de Albuquerque mengirimkan beberapa buahkapal ke Maluku. Pada awalnya masyarakat Maluku menyambut baik dan salingberebut menanamkan pengaruh kepada Portugis. Hal ini dimaksudkan agar Portugis dapat membeli rempah-rempah dan membantu masyarakat Malukumenghadapi musuh-musuhnya.

Pada saat itu, Kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus.Sultan Ternate itu meminta bantuan Portugis untuk mendirikan benteng diTernate. Pendirian benteng tersebut bertujuan agar Ternate terhindar darikemungkinan serangan dari daerah lain. Pada tahun 1522, Portugismengabulkan permintaan Sultan Ternate dengan mendirikan Benteng Saint John . Pendirian benteng tersebut harus dibayar mahal oleh Ternate karenaPortugis menuntut imbalan berupa hak monopoli perdagangan rempah-rempahdi Ternate. Sultan Ternate terpaksa harus menandatangani perjanjian monopoliperdagangan dengan Portugis.

Perjanjian monopoli perdagangan rempah-rempah tersebut ternyatamenimbulkan kesengsaraan. Rakyat tidak dapat menjual rempah-rempah secarabebas. Portugis telah menetapkan harga rempah-rempah yang dimiliki rakyatdengan harga yang murah. Di samping itu, rakyat Ternate harus menjualrempah-rempah kepada Portugis. Hal itu merugikan rakyat Ternate, tetapimemberikan keuntungan yang sangat besar bagi Portugis. Oleh karena itu, terjadipermusuhan antara rakyat Ternate dan Portugis.Selain mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku,Portugis juga aktif menyebarkan agama Katolik. Salah seorang tokoh Portugis yang giat menyebarkan agama Katolik adalah Fransiscus Xaverius.

Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di Indonesia
Besarnya keuntungan yang diperoleh dari perdagangan rempah-rempah dan didukung oleh pengusiran bangsa Portugis menyebabkan para penguasa di Belanda bersaing untuk berlayar ke Maluku. Harga rempah-rempah di Eropa pun semakin tidak terkendali. Melihat kenyataan ini.

Parlemen Belanda atau Staten Generaal mengusulkan agar semua perusahaan pelayaran membentuk sebuah kongsi dagang pada tahun 1598. Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit.

Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602.

Pembentukan VOC dibantu oleh pemerintah Belanda di bawah Van Oldenbarneveldt. VOC diberi hak istimewa, sehingga menjadi badan yang berdaulat. Hak istimewa itu:
a. Hak monopoli untuk berdagang antara Amerika Serikat dengan Afrika
b. Hak memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-benteng dan menjajah
c. Hak untuk mengangkat pegawai-pegawainya
d. Hak untuk memberikan pengadilan
e. Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri

VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terhadap pemerintah Belanda, yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada Staten General (badan Perwakilan)
b. Pada waktu perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang dan angkutan perang
c. Indonesia dibawah pemerintahan Kerajaan Belanda Pada akhir abad ke-18.

Pada tanggal 30 Mei 1619, Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen, mengirimkan tujuh belas buah kapal untuk menyerang dan memukul mundur pasukan Banten. Pasukan Kerajaan Banten berhasil dikalahkan. Jan Pieterzon Coen kemudian membangun kembali kota Jayakarta dan memberinya nama Batavia. Batavia dijadikan pusat perdagangan dan kekuasaan Belanda dan Batavia juga resmi dijadikan markas besar VOC di Indonesia. Dalam menghadapi kerajaan-kerajaan Indonesia, Belanda melancarkan politik adu domba (devide et impera).

Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang sangat besar dan utang yang dimilikinya berjumlah sangat besar. Hal ini juga diakibatkan oleh:
1. persaingan dagang dari bnagsa Perancis dan Inggris,
2. penduduk Indonesia, terutama Jawa telah menjadi miskin, sehingga tidak mampu membeli   barang-barang yang dijual oleh VOC
3. perdagangan gelap merajalela dan menerobos monopoli perdagangan VOC,
4. pegawai-pegawai VOC banyak melakukan korupsi dan kecurangan-kecurangan akibat dari gaji yang diterimanya terlalu kecil,
5. VOC mengeluarkan anggaran belanja yang cukup besar untuk memelihara tentara dan pegawai-pegawai yang jumlahnya cukup besar untu memenuhi pegawai daerah-daerah yang baru dikuasai, terutama di Jawa dan Madura.

Maka pada tahun 1799, VOC akhirnya dibubarkan. Pada tahun 1807, Republik Bataafsche dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan diganti bentuknya menjadi Kerajaan Holland di bawah pemerintahan Raja Louis Napoleon Bonaparte (adik dari Kaisar Napoleon).

Pemerintahan Daendels di Indoneisa (1808-1811)
Pada tahun 1808, Daendles diangkat menjadi gubernur Jendral wilayah ini Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Dalam upaya tersebut, perhatian Daendels hanyalah terhadap pertahanan dan ketentaraan.
1. Membangun ketentaraan
ntuk memperkuat angkatan perangnya, Daendels melatih orang-orang Indonesia, karena tidak mungkin ia menambah tentaranya dari orang-orang belanda yang didatangkan dari negeri belanda. Pembangunan angkatan perangnya ini dilengkapi dengan pendirian tangsi-tangsi atau benteng-benteng, pabrik mesiu dan juga rumah sakit tentara.

2. Membangun jalan pos
 Daendels memerintahkan pembuatan jalan pos dari Anyer di Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur. Pembuatan jalan ini menggunakan tenaga rakyat dengan sistem kerja paksa atau kerja rodi, hingga selesainya pembuatan jalan itu. Untuk orang Belanda, pekerjaan menyelesaikan pembuatan jalan pos ini merupakan keberhasilan yang gemilang, tetapi lain halnya dengan bangsa Indonesia, di mana setiap jengkal jalan itu merupakan peringatan terhadap rintihan dan jeritan jiwa orang yang mati dalam pembuatan jalan tersebut.

3. Membangun pelabuhan
Daendels memerintahkan pembuatan perahu-perahu kecil, karena perahu-perahu perang Belanda tidak mungkin dikirim dari negeri Belanda ke Indonesia. Selanjutnya pembuatan pelabuhan-pelabuhan tempat bersandarnya perahu-perahu perang itu, Daendels merencanakan di daerah Banten Selatan. Pembuatan pelabuhan itu telah memakan ribuan korban jiwa orang Indonesia di Banten akibat dari penyakit malaria yang menyerang para pekerja paksa. Akhirnya pembuatan pelabuhan itu tidak selesai.

Pada tahun 1810 Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Raja Louis Napoleon Bonaparte dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte. Negeri Belanda dijadikan wilayah kekuasaan Perancis. Dengan demikian, wilayah jajahannya di Indonesia secara otomatis menjadi wilayah jajahan Perancis. Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otokratis (otoriter), maka pada tahun 1811 ia dipanggil kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Jansens.

Kekuasaan Inggris di Indonesia
Inggris merupakan bangsa Eropa yang paling banyak memiliki daerah jajahan yaitu benua Amerika bagian Utara, Australia, Afrika maupun Asia. Jajahan Inggris di Asia terutama adalah India. Semenanjung Malaya. Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18, Inggris berkuasa di Indonesia sejak tahun 1811 setelah melakukan serangan darat dan laut atas wilayah kekuasaan Belanda di Pulau Jawa. Akibat serangan tersebut, Belanda menyerah tanpa syarat dan harus memberikan wilayah kekuasaannya kepada pemerintah Inggris.

Bangsa Inggris mendirikan perusahaan dagang bernama EIC ( East India Company) pada tahun 1600 yang bermarkas di Calanta India. Pengaruh Inggris di Indonesia berupa pemerintahan Raffles pada tahun 1811-1816. Kebijakan penting yang ditempuh Raffles selama berkuasa di Indonesia adalah membagi pulau Jawa menjadi 16 daerah karesidenan. Pembagian ini dimaksudkan untuk mempermudah pengaruh dan pengawasan terhadap pulau Jawa. Raffles juga membentuk system pemerintahan dan pengadilan dengan merujuk pada system di Inggris.

Pada pertengahan tahun 1811 armada Inggris dibawah Jendral Auchmuty mendarat di Pulau Jawa yaitu di Batavia. Tentara Belanda tidak mampu menghadapi tentara Inggris sehingga mereka mundur ke Semarang. Tetapiakhirnya Belanda menyerah di sebuah Desa di wilayah Semarang yaitu di Desa Tuntang. Setelah Belanda menyerah kepada Inggris maka Belanda harus menandatangani Kapitulasi Tuntang artinya penyerahan Tuntang pada tahun1811.

Perjanjian Kapitulasi Tuntang
Isi dari Kapitulasi Tuntang, antara lain:
1.Pulau Jawa dan daerah sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan kepada Inggris
2.semua Tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
3.orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.

Sejak itu Indonesia dikuasai oleh Inggris. Sebagai Gubernur Jendral Inggris di Indonesia diangkat Thomas Stamford Raffles (1811 – 1816). Tugas Rafflesdi Indonesia adalah mengatur pemerintahan dan peningkatan perdagangan. Pemerintahan Raffles didasarkan atas prinsip-prinsip liberal, jadi politik kolonial yang ingin diwujudkannya adalah kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan menanam dan perdagangan yang menjamin produksi dan ekspor. Raffles bermaksud menerapkan politk kolonial seperti yang dijalankan Inggris di India yaitu sistem pajak tanah.

Kekuasaan Raffles di Indonesia berakhir pada tahun 1814 setelah terjadi Konvensi London antara Inggris dan Belanda dikarenakan Napoleon Bonaparte berhasil dikalahkan dalam pertempuran di Leipzig dan kemudian tertangkap. Isi dari konvensi London tersebut adalah bahwasanya inggris diharuskan mengembalikan semua wilayah jajahan Belanda yang telah dikuasainya. Inggris menyerahkan kekuasaan kepada Belanda pada tahun 1816 dan pada akhirnya wilayah Nusantara-Indonesia kembali dikuasai oleh pemerintahan Belanda.

Kekuasaan Bangsa Belanda Di Indonesia
Belanda kembali menguasai wilayah Indonesia berdasarkan Konvensi London tahun 1814. Pemerintahan kolonial Belanda selanjutnya dipegang oleh sebuah komisi yang beranggotakan Van der Capellen, Elout, dan Buyskes. Van der Capellen mempunyai peranan paling besar, ia merusaha mengeruk keuntungan sebanyak mungkin. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membayar hutang-hutang Belanda yang cukup besar selama perang. Kebijakan yang di ambil oleh Van der Capellen salah satunya adalah dengan menyewakan tanah kepada penguasa-penguasa Eropa. Selanjutnya pemerintah kolonial Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jendral Van de Bosch mengambil kebijakan tanam paksa pada tahun 1830 yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda yang mulai diterapkan di Indonesia.

Imperealisme adalah sistem untuk menguasai atau mempengaruhi ekonomi bangsa lain. Imperealisme tua VOC di abad 17 dan 18, dan imperealisme modern Belanda di abad 19 dan 20 telah mengakibatkan Indonesia menjadi jajahan Belanda selama beberapa abad, pelabuhan demi pelabuhan, daerah demi daerah, pulau demi pulau, sampai seluruh nusantara di kuasai Belanda. Akibat penjajahan ini rakyat Indonesia menjadi mundur di segala lapangan penghidupan, baik di bidang perekonomian maupun di bidang kebudayaan.

Rakyat Indonesia yang begitu lama tertindas dan sangat miskin itu menjadi rakyat yang merasa dirinya rendah. Keadaan rakyat yang sengsara seperti demikian ini dimulai dengan datangnya pedagang-pedagang Belanda bersenjata sejak abad ke-16 dan membeli rempah-rempah hasil bumi Indonesia yaitu Pala di Banda, merica di Sumatra dan Jawa, serta cengkeh di Maluku. Perdagangan yang mereka lakukan berubah dengan menggunakan kekerasan senjata. Perdagangan dengan cara pemaksaan ini menjadikan penduduk setempat menjadi budak, seperti di Banda tahun 1622. Petualangan-petualangan hongi yang dilakukan oleh Belanda di Maluku menghancurkan pohon-pohon cengkeh milik rakyat Ambon, dengan maksud menguasai pasar cengkeh dunia.

Dengan politik devide et impera Belanda kemudian dapat menaklukkan kerajaan-demi kerajaan di Indonesia yang memang sudah terpecah belah. Perdagangan Belanda di Indonesia di motori oleh maskapai dagang Belanda yang bernama VOC (Verenigde Indisce Compagnie) yang lebih terkenal dengan istilah kompeni. VOC didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 dan berlangsung sampai tahun 1799. Kemudian setelah VOC dibubarkan, perdagangan masa colonial ini diambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda sampai tahun 1942.

Kondisi Masyarakat Indonesia Masa Kolonial
Masa perdagangan masa colonial menimbulkan efek yang sangat kontradiktif, di satu pihak yaitu para pedagang Belanda mendatangkan keuntungan yang sangat besar, dan di pihak lain masyarakat indonesia mengalami kehidupan yang sangat memperihatinkan.
Karena kekurangan uang, Pemerintah Belanda pada tahun 1830 diadakan system tanam paksa (cultuurstelsel) dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Rakyat harus mengerjakan sebagian tanahnya untuk tanaman eksport,
2. Bagian yang diperuntukkan buat tanaman eksport itu adalah 1/5 dari tanah suatu desa,
3. Tanaman yang akan dieksport tidak boleh melebihi tanaman padi,
4. Bagian yang 1/5 itu tidak dibebani pajak tanah,
5. Hasil tanaman ini diserahkan ke Pemerintah Belanda,
6. Kegagalan panen ditanggung pemerintah asal penyebabnya bukan karena rakyat yang malas,
7. Para petani diawasi sendiri oleh para kepala desa, dan petugas Belanda akan mengawasi pekerjaan para kepala desa,
8. Buat tanaman gula pekerjaan boleh dibagi-bagi, dan
9. Kesulitan harus diatasi dalam hubungan dengan pembayaran pajak tanah.
Sistem perkebunan yang dilaksanakan di Pulau Jawa, Manado, dan Sumatra Barat dalam prakteknya membikin rakyat sengsara. Kerja rodi dan korupsi yang dilakukan oleh para pegawai pemerintah Belanda semakin membuat rakyat sengsara.

Itulah ulasan mengenai perkembangan kekuasaan bangsa eropa di indonesia semoga bermanfaat :)
Jangan lupa share ya :)

1. Berkomentarlah yang relavan sesuai topik artikel,
2. Komentar di larang mengandung spam.
3. Jika komentar mengandung link aktif tidak akan di tampilkan.
EmoticonEmoticon